Jumat, 09 September 2011


Kita sering gelisah dengan masa depan; akan menjadi seperti apakah hidup saya nanti? Bahkan kadang kita tergoda untuk bertanya kepada para peramal. Berbagai cara kita tempuh agar bisa tahu apa yang akan terjadi nanti. Kita mengira jika mengetahui masa depan maka kehidupan kita akan semakin baik. Benarkah demikian?
Nabi Khidr mengingatkan jika Musa tidak akan bisa bersabar mengikuti dirinya. Nabi Musa pun menyaksikan tindakan-tindakan aneh Nabi Khidr, sehingga dia tidak lagi bisa membiarkannya. Sebelum berpisah Nabi Khidr menjelaskan, mengapa dia melakukan semua tindakannya. Semua itu bukanlah kehendaknya, melainkan atas petunjuk Tuhan yang memberinya pengetahuan tentang apa yang akan terjadi dimasa depan. Saya termasuk yang penasaran dengan masa depan. Dan saya, tentu lebih tidak sabar dibandingkan Nabi Musa. Maka bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bersabar atas rahasia masa depan; saya ajak untuk memulainya dengan memahami dan melakukan 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1. Mengendarai waktu yang menuju ke masa depan. Selain waktu, tidak ada alat transportasi lain yang bisa membawa kita kepada masa depan. Karena waktu bertugas untuk membawa kita menuju kesana. Maka kendarailah waktu. Dan arahkan dia kepada masa depan yang mana Anda ingin menuju. Sebagai sebuah kendaraan, waktu bisa membawa kita kemasa depan yang nyaman, atau menyebalkan. Jika kita menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal yang baik, misalnya. Maka pasti kita akan sampai ke tempat yang baik. Namun jika kita menggunakan waktu untuk melakukan tindakan-tindakan yang buruk, maka cepat atau lambat kita akan dibawanya kepada masa depan yang pasti buruk. Waktu adalah kendaraan yang melekat dalam diri kita. Tidak bisa ditolak. Namun bisa kita kendalikan arahnya, melalui pilihan perilaku dan perbuatan kita dalam detik demi detiknya. Maka apapun yang kita lakukan dalam setiap detak waktu itu, merupakan cara kita dalam memberi arah kepadanya.
2. Belum tentu kita sanggup mengetahui masa depan yang buruk. Tak seorang pun sanggup menerima berita buruk tentang masa depannya. “Setidaknya, saya bisa bersiap-siap,” mungkin begitu kilahnya. Mari kita bertanya kepada diri sendiri; mana yang lebih mungkin terjadi jika kita diperkenankan untuk mengetahui masa depan kita yang buruk. Apakah kita akan tabah, atau malah semakin gelisah? Saya tidak yakin jika kita akan semakin tabah. Boleh jadi malah kita tergoda menyalahkan nasib; mengapa harus seperti ini? Mungkin kita menuduh Tuhan tidak adil. Atau, mungkin kita berpikir; jika masa depan gue seburuk itu, ngapain mesti susah-susah menjadi orang yang baik? Jadi orang rusak sekalian saja. Kita, belum tentu sanggup untuk mengetahui masa depan yang buruk. Sehingga membiarkannya tetap menjadi misteri, mungkin jauh lebih baik.
3. Belum tentu kita sanggup mengetahui masa depan yang baik. Kita tahu jika masa depan itu adalah hasil dari masa kini. Apa yang kita lakukan sekarang, sedikit banyaknya menentukan apa yang akan kita dapatkan dimasa depan. Tetapi jika Anda diramalkan akan mendapatkan masa depan yang baik, masihkah Anda bersedia untuk bersusah payah sekarang? Saya tidak yakin. Jika kita sudah tahu ‘akan menjadi orang sukses’ misalnya. Mengapa kita mesti ‘menderita’ sekarang? Bukankah sesuai ramalan kita ‘santai-santai’ pun akan mendapatkan masa depan yang ‘baik’ itu? Sifat dasar manusia adalah untuk mencari kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Jadi jika kita sudah ‘tahu’ masa depan kita akan baik, maka kemungkinan terbesarnya adalah; kita enggan untuk berjuang melintasi jalur-jalur terjal yang menyakitkan. Jika ‘nasib baik’ itu belum juga datang, bisa jadi kita malah menghujat-hujat Tuhan; mengapa Dia terlalu lama menahan semua kebaikan itu? Padahal, apa yang kita lakukan sekarang sangat menentukan apa yang akan kita dapatkan dimasa depan.
4. Mengubah misteri masa depan menjadi kegairahan. Banyak ramalan yang bercerita tentang ini dan itu. Namun kenyataan yang terjadi berbeda sama sekali. Hal itu menunjukkan bahwa tidak seorangpun benar-benar mengetahui apa yang akan terjadi bahkan sedetik setelah saat ini. Makanya, memaksa masa depan untuk menampakkan dirinya bukan lagi gagasan brilian. Kitalah yang bertanggungjawab untuk membentuk masa depan seperti apa yang kita inginkan. Kitalah yang menentukan akan menjadi seperti apa masa depan kita nantinya. Kitalah yang yang membentuk sosok masa depan diri kita sendiri. Justru karena kita tidak tahu masa depan akan seperti apa; kita termotivasi untuk bekerja keras sekarang. Justru karena tidak tahu apa yang akan terjadi, kita mawas diri kini. Justru karena kita ingin mendapatkan esok yang indah, kita menjadi semakin bergairah. Dan gairah itu akan semakin menggelora, justru ketika kita membiarkan masa depan tetap menjadi misteri.
5. Que sera-sera – whatever will be, will be. Apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Namun sebelum semuanya terjadi, biarkan kami untuk melakukan apapun yang bisa kami lakukan untuk merengkuh seluruh alunan lagu kehidupan dengan semerdu-merdunya. Apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Namun, sebelum semuanya itu terjadi, ijinkan kami untuk melakukan yang terbaik saat ini. Sungguh, tidak seorang pun yang memiliki masa depan. Karena belum tentu umur kita sampai kesana. Tetapi, setiap orang memiliki ‘saat ini’. Maka pada saat inilah kita berpijak. Dan kita boleh menggunakan ‘saat ini’ yang sudah jadi miliki kita untuk melakukan apapun sebaik yang kita bisa. Dan setelah saat ini berlalu, maka apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Karena setelah semua usaha terbaik kita lakukan saat ini, maka tidak ada sedikitpun kekhawatiran akan masa depan. Inilah yang dikatakan oleh guru kehidupan saya tentang makna tawakkal. Yaitu kita melakukan segala sesuatu dengan benar, sepenuh hati, dan bersungguh-sungguh. Setelah itu, hasilnya kita serahkan kepada Sang Pemilik masa depan. Biarkan Dia yang menilai, masa depan seperti apa yang pantas diberikan-Nya kepada kita berdasarkan semua yang sudah kita upayakan. Que sera, sera.
Kisah kitab suci tentang Nabi Khidr dan Nabi Musa menegaskan bahwa mengetahui masa depan tidak menjadikan hidup kita ‘normal’. Karena dengan tahu tentang masa depan, mungkin kita akan melakukan sesuatu yang dianggap aneh oleh orang-orang disekitar kita. Oleh sebab itu, mengetahui masa depan bukanlah gagasan yang menarik jika kita ingin hidup layaknya manusia normal pada umumnya. Keindahan hidup kita justru terletak pada misteri yang meliputi apa yang akan terjadi sedetik setelah ini. Jika kita tidak tahu akan mengalami peristiwa buruk, maka sekarang kita masih bisa bahagia. Jika kita tidak tahu akan mengalami peristiwa baik, maka sekarang kita memanfaatkan semua yang ada pada diri kita. Maka jika kita ingin bisa benar-benar menikmati hidup, kita perlu bersabar dalam menantikan masa depan.

Disadur dari Kang Dadang K

SEBELUM BEKERJA KITA PERLU BERDOA


Mengapa Sebelum Bekerja Kita Perlu Berdoa?
Diantara semua hal baik yang pernah diajarkan oleh orang tua, pasti terselip tentang doa. Semua orang tua pasti mengajari anak-anaknya untuk berdoa. Mungkin kita jarang berdoa, tetapi; kita pun ingin agar anak-anak kita belajar berdoa. Minimal, kita pun berdoa pada saat sembahyang. Atau, paling tidak; kita pasti berdoa saat sedang menghadapi kesulitan. Anda, mungkin termasuk orang yang rajin berdoa setiap hari. Mungkin juga tidak. Apapun itu, tidak menjadi masalah bagi saya. Tetapi sekarang, izinkan saya untuk mengajak Anda berdoa setiap kali hendak berangkat ke tempat kerja.
Mungkin Anda pernah mendengar istilah ‘Ulil Albab. Itu adalah gelar yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang sudah mampu mencapai derajat tertentu dalam kualitas kepribadiannya. Kualitas Ulil Albab itu antara lain adalah selalu mengingat Tuhannya dalam keadaan papapun; pada saat berdiri, waktu duduk, dan ketika berbaring. Wah, benar-benar kelas berat nih. Mana bisa hal itu dilakukan oleh manusia biasa, ya? Eit, tunggu dulu. Ada sebuah resep yang diajarkan para guru kehidupan agar kita bisa melakukannya. Resep itu berbunyi; “Awali dan akhiri segala aktivitas kerja kita dengan doa.” Itu saja? “Dan, pastikan bahwa selama mengerjakannya kita mencurahkan yang terbaik untuk pekerjaan kita.” Maka doa menjadi salah satu kunci menuju kualitas pribadi yang mumpuni. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar menemukan makna dibalik doa yang kita ucapkan sebelum bekerja, saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intellligence berikut ini:
1. Doa mencerminkan rasa syukur pada pekerjaan. Pekerjaan yang kita miliki adalah anugerah. Namun, kita sering tidak menyadarinya. Nikmat pekerjaan sering terhalang oleh kurangnya pendapatan, perlakuan buruk dari atasan, omelan menyakitkan dari pelanggan, kemacetan di jalan dan berbagai macam hal lainnya. Tidak heran jika setiap kali pergi ke kantor, berasa berat hati kita. Kita lupa, bahwa pekerjaan ini adalah anugerah yang tiada tara. Sekarang, cobalah bayangkan; bagaimana seandainya kita tidak memiliki pekerjaan itu. Apakah sudah ada alternatif lain yang bisa menjadi sumber penghasilan? Pekerjaan kita ini bukan sekedar bisa memberi penghasilan untuk memenuhi kebutuhan fisik belaka. Penghasilan itu juga sangat menentukan ‘harga diri kita’. Bukankah orang-orang yang tidak punya penghasilan sering disepelekan oleh lingkungan? Ternyata, pekerjaan ini bukan sekedar memberi kita pemenuhan kebutuhan materi, melainkan juga menjaga harga diri kita. Maka patutlah jika kita mensyukurinya. Doa itulah ungkapan rasa syukur kita. Mulai sekarang, sebelum pergi ke kantor, biasakanlah untuk berdoa, dan katakanlah;”Tuhan, terimakasih telah Engkau berikan anugerah pekerjaan ini kepadaku. Izinkan hamba untuk merengkuh hidup dan meraih nafkahmu melalui pekerjaan hari ini.”
2. Doa melindungi kita dari rasa kecewa. Ketika berdoa, kita menyerahkan segala urusan kepada Sang Maha Pengurus. Itu berarti kita berkomitmen untuk menerima apapun yang diputuskan olehNya untuk diri kita. Maka jika selama bekerja hari itu, ada sesuatu yang mengecewakan hati, kita akan tetap menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada. Meski atasan Anda marah-marah. Walau bawahan Anda mengesalkan. Biarpun pelanggan Anda memaki-maki. Namun, doa yang tadi pagi Anda panjatkan melindungi hati Anda dari rasa kecewa. Jika tadi pagi Anda belum sempat berdoa, sekarang berdoalah. Dan buktikan sendiri, bahwa dengan doa itu hati Anda akan semakin lapang. Mengapa demikian? Karena saya telah membuktikannya sendiri. Namun, saya tidak menyetahui hal itu dari hasil penelusuran sendiri. Guru kehidupan saya yang mengajarkannya pertama kali. Beliau mengajarkan tentang firman Tuhan yang mengatakan bahwa; “hanya dengan mengingat Allah saja hati bisa tenteram.” Tidak ada cara lain untuk membuat hati tenteram, kecuali dengan selalu mengingatNya. Melalui doa itu, kita menunjukkan kepada Tuhan bahwa kita selalu mengingatNya. Dan dengan doa itu, hati kita terlindung dari rasa kecewa.
3. Doa menumbuhkan semangat untuk melayani. Tidak masalah jenis pekerjaan apapun yang Anda tangani. Sales, finance, HR, manufacturing, marketing, legal, apapun. Semua pekerjaan yang berbeda-beda itu mempunyai inti fungsi yang sama, yaitu; melayani. Pekerjaan kita adalah melayani orang lain. Coba perhatikan, apakah yang saya katakan itu benar? Anda bertugas untuk melayani orang lain, bukan? Bahkan sekalipun setiap hari Anda selalu berkutat dengan benda mati; komputer, mesin, kertas-kertas. Tetapi, Anda melakukan semua itu untuk menghasil sebuah produk atas jasa yang bisa melayani orang lain. Mungkin ada yang melayani orang lain di luar kantor, ada juga yang melayani orang di dalam perusahaan. Makanya kita mengenal external maupun internal customer. Bahkan sekalipun Anda sudah menjadi manager dan direktur, tugas Anda tetap melayani orang lain. Doa yang kita panjatkan tadi itu, merupakan komitmen kepada Tuhan bahwa kita akan mengerjakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Artinya, kita bertekad untuk melayani orang lain dengan sebaik-baiknya. Maka pada hari ini, Anda pasti memperlakukan orang lain dengan sebaik-baiknya. Mengapa? Karena Anda sudah berkomitmen kepada Tuhan, untuk memperlakukan mereka sebaik mungkin. Maka pantas, jika Tuhan pun memperlakukan Anda dengan sebaik-baiknya.
4. Doa menghalangi kita dari perbuatan tercela. Tidak masalah, apapun keyakinan atau agama Anda. Satu hal yang saya percaya; Tuhan kita adalah sama. Karena tidak ada Tuhan lain selain Dia. Tuhan yang kita yakini ini tidak pernah menyukai perbuatan tercela. Justru Dia memerintahkan untuk menghindarinya. Bahkan, kepada orang-orang yang berhasil menjaga dirinya dari perbuatan tercela Tuhan memberikan reward yang tidak ternilai harhanya, yaitu; menjadikan dia pribadi yang mulia. Bayangkan, kita dijadikan oleh Tuhan sebagai pribadi yang mulia hanya karena kita menghindari perbuatan tercela. Tengoklah, fakta hidup disekitar kita. Tidak peduli setinggi apapun jabatannya, seseorang yang melakukan perbuatan tercela pasti hina dihadapan orang lain. Kita tidak pernah menaruh respek kepada pejabat tinggi yang perilakunya tidak senonoh, bukan? Semua perilaku buruk kita di tempat kerja bukan seluruhnya datang dari dalam diri kita, melainkan dikompori oleh syetan. Hanya ada satu cara untuk selamat dari godaannya, yaitu berlindung kepada Tuhan. Doa yang pagi tadi kita panjatkan, menghalangi kita dari perbuatan tercela. Mengapa? Karena kita akan merasa malu jika menodai niat baik untuk bekerja dihadapan Tuhan itu, dengan perilaku buruk ditempat kerja. Atau perbuatan-perbuatan nista lainnya di di jam kerja.
5. Doa menjadikan pekerjaan kita bernilai ibadah. Berapa banyak gaji yang Anda terima? Tidak peduli sebanyak apapun itu, tapi belum tentu sepadan dengan pengorbanan yang Anda berikan. Waktu Anda yang tersita. Kepentingan keluarga Anda yang dinomorduakan. Perasaan dan gengsi Anda yang dikorbankan. Bahkan sampai resiko kematian. Semua sudah Anda pertaruhkan. Di beberapa lokasi kerja, kita menemukan orang yang cedera, bahkan sampai kehilangan nyawa. Santunan miliaranpun belum tentu sepadan dengan pengorbanan kita. Maka dari itu, kita harus berani ‘menaikkan’ imbalan itu tanpa harus bergantung kepada persetujuan managemen. Apa ada imbalan yang dinaikkan tanpa tergantung pada managemen? Ada. Yaitu imbalan yang Anda minta dari Tuhan. Guru kehidupan saya mengajarkan nasihat Rasulullah bahwa orang yang bekerja dengan ikhlas dan meniatkannya untuk beribadah pada hakekatnya sedang berjihad di jalan Allah. Bahkan jika sampai mereka meninggal karena bekerja, mereka dijamin mendapatkan pahala terbaik disisiNya. Sungguh, doa yang kita panjatkan setiap pagi sebelum berangkat bekerja menjadikan segala sesuatunya bernilai ibadah.
Doa itu sangat sederhana. Tetapi implikasinya sarat dengan makna. Orang yang mengawali kerjanya dengan doa, tidak pelit untuk mengerahkan semua daya dirinya. Orang yang berdoa sebelum bekerja berani menunjukkan yang terbaik dari dirinya. Mereka melakukan itu bukan hanya sekedar menyenangkan para stakehordernya; melainkan dia sedang menyenangkan Tuhannya. Maka, mari dari sekarang kita belajar memulai pekerjaan dengan doa. Sebelum melangkahkan kaki ke tempat kerja, berdoalah. Maka pekerjaan kita hari itu, akan bernilai ibadah.

Disadur dari Kang Dadang K